Senin, 28 April 2014

Dewata nan Menarik



Selasa 22 April 2014 hingga Jum’at 26 April 2014 saya berkunjung ke Bali dengan tujuan wali pitu. Jujur, seumur-umur hingga usiaku hampir memasuki kepala tiga, baru kali ini saya mengunjungi Bali.

Satu kata untuk mengungkapkan pariwisata bali, HEBAT. Pertama, Bali memang sangat indah, namun sebenarnya daerah lain di Indonesia juga tidak kalah indah. Namun Bali pandai mengemas dan menarik wisatawan untuk mengunjungi daerahnya. Bali memberi kesan tidaklah sempurna berwisata sebelum mengunjungi Bali.

Kedua, adanya kebijakan pemerintah yang mewajibkan wisatawan untuk menggunakan guide local. Yang mana bila ketahuan suatu rombongan tidak menggunakan guide lokal, konon akan didenda 30 juta. Kebijakan ini secara kasat mata membawa dampak seperti; a). sebagai pemasukan atau mata pencaharian warga bali, b). meneguhkan dan menumbuhkan jiwa warga Bali untuk terus menjaga dan menggali pariwisata yang berada di Bali, c). Mengenalkan para turis tentang Bali lebih dalam, misalnya dengan mengenakan pakaian adat, sang turis menjadi mengerti tentang pakaian adat Bali beserta filosofinya, maupun  sejarah, objek wisata maupun cerita-cerita Bali yang lain yang dipaparkan sang guide selama perjalanan kita, d). dengan menggunakan guide local, keaslian Bali akan lebih terjaga, karena kebijakan, adat, larangan maupun aturan akan dijelaskan lebih dalam dan lebih ditekankan. Wisatawan pun akan segan jika ‘berulah macam-macam’, e). Ini lebih menarik dan membuat ketagihan untuk kembali ke Bali, karena sambil menyelam minum air, sambil berwisata kita mendapat pelajaran dan pengalaman sekaligus, sehingga menjadi lebih asyik.

Ketiga, Islam di Bali bukanlah mayoritas, tetapi Bali dapat ‘memunculkan’ adanya wali pitu, mengesankan kecerdasan sektor pariwisatanya. Setidaknya ada beberapa manfaat; a). Masyarakat Indonesia terutama masyarakat Jawa, menyukai wisata religi, misalnya wisata ziarah wali songo. Dengan adanya wali pitu, wisatawan local yang bukan usia anak sekolah pun menjadi bidikan, b). Kesan wisata Bali bukan untuk kaum berjilbab dan bersarung menjadi jauh. Sekarang di Bali banyak kita jumpai wisatawan-wisatawan berjilbab dan bersarung, Pak Yai pun tidak lagi tabu untuk berwisata ke Bali, c). Dengan datangnya wisatawan-wisatawan religi ke Bali akan mengenalkan Islam Di Indonesia yang moderat pada dunia. Kita tahu, bahwa Bali dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai Negara, mereka akan melihat bagaimana kaum Islam di Indonesia yang sebenarnya, bukanlah masyarakat yang anarkis dan teroris, mereka adalah masyarakat yang dekokratis dan toleran. Karena Islam, terutama muslim Indonesia memiliki dalil yang menjadi slogan lakum diinukum waliya diin, bukan hanya dalam beragama, tetapi juga dalam berperilaku, yang penting tidak saling mengganggu dan merugikan. Hal ini lama-lama akan menjadi fenomena yang menarik, semenarik masyarakat Bali yang patuh pada agama dan tradisi, tetap menggelar upacara dan mengganakan pakaian adat ditengah hiruk pikuk wisatawan.

Keempat, Berwisata ke bali ini lengkap. Mulai dari wisata religi, wisata alam, wisata belanja, hingga wasata kuliner pun ada dalam satu paket. a). Wisata religi dengan wali pitunya maupun puranya, b). Wisata alam, baik yang alami seperti tanah lot, permainan dan air seperti di tanjung benoa, kebun binatang, maupun pelisiran dengan kapal pesiar, dan masih banyak yang lain, c). Wisata belanja dengan tingkatan harga, misalnya pasar Sukawati yang terkenal murah, kemudian Kresna yang menengah, kemudian Joger untuk kelas diatas kresna, d). Wisata kuliner bisa kita pilih, mau wisata kuliner menurut tempatnya seperti diatas bukit, maupun wisata kuliner menurut menunya seperti makan ikan bakar, dan sebagainya.

Kelima, Pelajaran lain dari perjalanan saya kali ini di Bali adalah tentang kepatuhan dan toleransi. Setidaknya ada 2 hal; a). Pusat peribadatan Puja Mandala di Nusa dua Bali  yang kami kunjungi, adalah tempat beribadah beberapa agama dalam satu lokasi. Ada Masjid agung Ibnu Batutah, ada Gereja Katholik Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, ada Gereja Protestan GKPB Jemaat Bukit Nusa, ada Vihara Buddha Guna, dan tak ketinggalan Pura Jagatnatha. Semua berjalan berdampingan tanpa ada masalah, saling menolong dan tidak menggangu. Saya sangat kagum dan terharu pada tempat ini. b). Cerita tentang Gusti Ayu Made Rai atau Raden Ayu Pamecutan atau Siti Khotijah (salah satu makan yang diziarahi). Dalam riwayatnya beliau adalah muslimah, seorang putri raja yang beragama Hindu. Demi nama baik dan menjaga agama dan rakyatnya sang Raja mengutus untuk membunuh putri kesayangannya, dan sang putri tetap mempertahankan Islam sebagai agamanya meski tahu sang ayah memerintahkan membunuhnya, mengesankan kepatuhan raja dan putri dalam beragama. Dan kenyataan bahwa jasad sang putri diperlakukan sebagaimana Islam merawat mayat, beliau dimakamkan bukan dibakar meskipun sebenarnya raja bisa saja memperlakukan jasad sang putri sebagaimana orang hindu merawat mayat. Meskipun dimakamkan merupakan permintaan sang putri, tetap saja hal ini memperlihatkan toleransi yang tinggi.

Beberapa keistimewaan itu, cukuplah bagi saya untuk menyebut pariwisata Bali hebat dan patut ditiru. Namun akan lebih sempurna bila Bali ditunjang dengan transportasi umum yang lebih memadai untuk menjangkau satu lokasi ke lokasi yang lain. Misalnya dengan membangun semacam terminal pariwisata yang menjadi transit untuk wisatawan yang tidak rombongan untuk menjangkau wilayah-wilayah wisata, misalnya dari terminal wisata menuju ke tanah lot, menju ke bedugul, menuju ke pasar Sukawati, dan seterusnya. Atau dengan mengoperasikan semacam bus way sebagaimana bus trans di Jakarta, Semarang, Jogja, Solo, maupun daerah lain yang memiliki. Dengan memiliki alat transportasi demikian, wisatawan akan memiliki banyak pilihan. Bisa dengan taxi, mobil sewaan, sepeda motor, maupun ‘bus wisata’. Tentunya dengan menyesuaikan kantong mereka. Berwisata ke Bali menjadi lebih mudah dan murah. Sungguh menarik…

Berikut beberapa jepretan dan kenangan selama di Bali;
Suasana di kapal penyebrangan Jawa-Bali
Selepas sarapan pagi. Bersama Pak Lek Nawawi, Pak Lek pancer wali.
Bareng bu Lek Munawaroh
Bareng Budhe Kus, Lek Nawawi dan dek Anik (Bani Idris)

Di Tanah Lot bareng Dek Anik, Farohah, dan Fahd
Di Tanah Lot bersama Dek Anik, Dek Fifi, Aini, Ida, Farohah dan Fahd

Di tanah Lot bersama Lek Nawawi dan rombongan
Masih di Tanah lot
Fahd melihat ombak
Di bedugul
Fahd dan Aini
Di Masjid Besar Al-Hidayah
Tidur di Bus (dalam perjalanan pulang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar